yolah yo critokan gini dio; waktu itu selesai sholat jumAt, kuat niat yong cari duet buta naek haji meski waktu tinggal 2 hari lagi jemaah nak berangkat. yong tak peduli ado jatah tidak buat yong berangkat, yang jelas yang dah daptar ke pegawai pemberangkatan haji. yong berangkat bawa pompong nak jareng ikan, ingat kedai kopi yong ambe dompet dan berangkat ke kedai kopi kejap. maklom yong tak kuat kalau tak minom kopi. selesai minom kopi yang berangkat, ditanyo budak ka pelabuhan Nak
Beritaseni budaya : Galeri Hang Nadim (GHN) kembali menyelenggarakan pameran seni rupa untuk yang kedua, setelah menaja pameran Rupa, Drawing, Kartun+Kaligrafi (Rudraka) yong dolah, seni rupa riau, kartun, komik yong dolah,furqon elwe
PameranKomik Yong Dolah Dibuka. Seni Budaya | Sabtu, 22 Februari 2020 - 23:04 WIB. LIHAT PAMERAN : Budayawan Riau Datuk Seri Al Azhar didampingi Komikus Furqon Elwe melihat komik Yong Dolah yang dipamerkan di Galeri Hang Nadim, Anjungan Kampar kawasan Bandar Seni Raja Ali Haji, Sabtu (22/2/2020). (EVAN GUNANZAR/RIAU POS)
KUMPULANCERITA YONG DOLAH .,,,DI CERITAKAN KEMBALI OLEH YULI PANDI PUTRA MELAYU DARI SUNGAI PAKNING KAB. BENGKALIS FOTO PENULIS DAN KELUARGA Yong langsong tiru caro bule tadi, yong panggel pelayan, dan tunjok mejo yong, yong cakap: "MORE" Baru 3 menet Pelayan pon datang
ďťżDeretankisah inspiratif warga yang bisa berangkat naik haji. Semgoa bisa memotivasi rekan-rekan semua untuk terus bersemangat dan berdoa. Deretan kisah inspiratif warga yang bisa berangkat naik haji. Semgoa bisa memotivasi rekan-rekan semua untuk terus bersemangat dan berdoa. Selasa, 12 Juli 2022; Cari.
BeberapaKisah - Kisah Yong Dolah : Yung Dolah Naik Haji Perjalanan Yung Dolah ke Negri Ngotjoleria Yung Dolah Memanjat Patung Liberty Yung Dolah Jadi Kapten Kapal Pesiar Yung Dolah Orang Riau Ikut Perang Teluk Linggis dan Tangga Yung Dollah Umpan Daun Yung Dolah Yung Dolah Dan Piala Dunia Yung Dolah Jadi Kapten Kapal Pesiar
dNorN. Keluarga Baim Wong sedang berduka. Baim mengabarkan kalau sang istri, Paula Verhoeven mengalami keguguran sehingga ia batal naik haji tahun ini. Kabar itu dibagikan Baim Wong dalam unggahannya di Instagram, Jumat 9/6/2023. Dari foto yang diunggah Baim, terlihat Paula tengah terbaring lemah di atas tempat tidur di sebuah rumah sakit. Baim Wong mengumumkan kabar duka itu saat publik penasaran ia mendadak membatalkan naik haji tahun ini. "Di samping banyak cerita yg harus saya tutupi karena enggak pantas kalau kita saling menjatuhkan satu sama lain. Anggaplah saya enggak jadi pergi haji karena ini," tulis Baim Wong di Instagram. Baca JugaSalah Satunya Alasan Kesehatan, Baim Wong Gagal Naik Haji Padahal Sudah Naik Pesawat Nagita Auto Jenguk Paula Soal batal naik haji sendiri tak pernah diceritakan Baim Wong ke siapa pun, termasuk orang-orang terdekat. Aktor 42 tahun ini tak mau ada komentar buruk tentang hal ini. "Enggak pernah saya cerita, bahkan ke orang terdekat pun, karena kita enggak mau dikasihani. Takut opini kalian kemana-mana mengenai haji ini, anggap saja Allah menggagalkan saya berangkat demi menjaga istri saya yang keguguran," tutur Baim Wong. Unggahan Baim Wong pun mendapat banyak tanggapan dari warganet. Warganet dan rekan artis pun mendoakan agar Paula Verhoeven lekas pulih. "Semoga Paula lekas pulih, aamiin. Sabar dan semangat ya, Bro," komentar Teuku Wisnu. "Semoga cepat sehat aamiin," kata Rossa dengan emoticon nangis. Baca JugaRaffi dan Nagita Bakal Naik Haji, Warganet Adu Nasib Gue Nunggu 21 Tahun "Ya Allah. Insya-Allah ini yang terbaik," tutur Irfan Hakim. Sebelumnya diwartakan bahwa Baim Wong batal berangkat ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji pada 7 Juni kemarin. Ia bahkan mengaku sudah berada di dalam pesawat dan terpaksa turun lagi. Baik awalnya mengatakan ia batal naik haji karena alasan kesehatan. Tetapi publik menuding, itu adalah bentuk candaan atau prank.
-BTW, Saya akan bercerita dalam Bahasa Indonesia. saya cuman gak biasa introduce gak pake bahasa inggris di blog lusuh ini So I was wandering around internet like usual. Hmm.. What else am I gonna do in this beautifully awful and boring day? Nothing, except rolling around and browsing internet stuff. Who cares anyway? Well yeah, as usual. Never be able to sleep early because apparently tonight is so hot. Like the other night. I drink that chamomile tea that I bought 3 days ago at Jaya Grocer. Pretty expensive but it works. I donât know why itâs not really working tonight. Maybe I shouldnât drink it too often, my body will get used to it and the chamomile tea effects wonât work on my body anymore. Orait, back to the topic. So I was on internet, as usual. and I was lost, as usual. And I found a blog about my childhood hero. Hmm,, yeah, I can say that heâs my childhood hero. Itâs a blog about Yong Dollah. Heâs an artist from my hometown, Bengkalis. And since this post will discuss about my hometown and childhood hero saya akan menceritakannya dengan Bahasa ibunda tercinta, Bahasa Indonesia. Atau mungkin bahaso melayu bengkales lah siket. Pak Abdullah Bin Endong atau yang dikenal masyarakat bengkalis dengan panggilan Yong Dollah ialah seorang seniman dari kampung halaman saya, Bengkalis. Menurut blog yang saya temukan diatas, katanya, Yong Dollah ini punya banyak cerita dan kebanyakan ceritanya berdasarkan pengalamannya sendiri berisi lelucon, lawakan, khayalan Yong Dollah. Raditya Dika versi oldschool gitu lah. Beti. Bayangkan seberapa asik dan santainya hidup Yong Dollah karena banyak lelucon dan hal lucu yang dialaminya. Hemm.. *manyun* Nah, dari dulu sebenarnya saya tidak pernah tau wajahnya seperti apa dan barulah malam ini saya mengetahui wajah childhood hero saya tersebut. Menurut blog yang diatas tadi lagi, wajah beliau seperti ini nih. Young Dollah sang seniman legendaris *salute* Beliau ini, kalau bercerita, suka melebih-lebihkan. Bahasa kerennya Hiperbola. Bahasa Inggris nya Hyperbole. Bahasa alay nya Lebay. Padahal Lebay itu dalam Bahasa melayu artinya orang yang pandai berdoa. Kayak ustadz-ustadz yang sering diundang kerumah buat mimpin doa kalo ada syukuran dan acara sejenis. Ntahapa-hapa Bahasa anak jaman sekarang ni. Pening pulak awak dibuatnyo. Oke, kembali ke Yong tadi. Beliau ini orangnya expresif. Jadi seolah-olah semua ceritanya terdengar seperti pernah terjadi walaupun terdengar sangat absurd. Cerita Yong Dollah ini banyak versi nya. TerkadangâŚ. bukan terkadang lagi, taapi seringkali karna Yong Dollah ini sudah jadi sebagai ikon seorang yang lucu, banyak cerita yang dikarang oleh orang-orang tetapi menggunakan Yong Dollah sebagai karakter utama. Dulu waktu saya masih kecil cerita Yong Dollah ini sangat popular dan setiap anak berlomba-lomba membuat cerita lucu dengan Yong Dolah sebagai karakter utamanya. Biasanya kami bercerita kalo udah capek main gak jelas. Dulu kan gak ada gadget. Mainnya di tanah, di parit, dan tempat berpotensi untuk menghilangkan nyawa kami. Anak-anak dulu kan hardcore. Oke, kembali ke cerita. Nah, kami dulu suka berlomba menceritakan cerita lucu ketika kami istirahat saat main. Cerita-cerita teman-temanku dulu banyak yang lucu, ada juga yang garing krik-krik kress top cer. Tapi pada dasarnya dulu kami terdengar sangat kreatif. Ceritanya sih itu-itu aja, cuman saking kreatifnya anak-anak ini mereka juga bisa melebih-lebihkan layaknya Yong Dollah. Jatuh nya malah jadi lucu banget. Saya akan menceritakan cerita Yong Dollah yang masih teringat sampai sekarang dan menurut saya cerita Yong Dollah yang paling lucu yang pernah saya dengar. Mungkin ada bahassa melayu Bengkalis yang tidak bisa dimengerti tapi ya ntar deh saya coba translate. Berikut adalah Cerita yang pernah saya dengar. jalan ceritanya kayak gini, tapi detail nya saya tambah sediri, sekalian ngelatih skill nulis. ahoho. oke, let's gooo... 1. Yong Pergi Ke Amerika Pada suatu hari, Yong pergi ke Amerika diundang oleh presiden Amerika ntah buayo ntah katak, ntah iyo ntah tidak. Sampai di Amerika, Yong pun pergi lah bersiar-siar dulu sekitar Amerika. Semasa Yong berjalan tak jelas mano arah, Yong tesampok satu kedai. Didepan kedai tu ado tulisan âOpenâ. âAlamak, Bahayo kedai ni?â kato Yong. Yong masih terheran-heran dengan kedai ni. Bukan cuma itu, kedai sebelah kiri kanan depan belakang pun bertuliskan âOpenâ. Sampai kemudian ada Oghang Puteh orang putih/Caucasian hendak masuk ke kedai tersebut. Yong terkejut, Yong tegur oghang puteh tu. âMister, jangan masok kedai tu. Nanti hangosâ Sang Mister ini tadi mano lah paham bahaso melayu. Mister tu pun bingung. Sebab tak tahu dan tak mau tahu sang mister masuk saja lah kedalam kedai tu. âEii, Mister!! Astaghfirullah.. Masuk pulak dio.â Yong menyayangkan. Yong pun tak dapat buat apa lah. Tapi sebab Yong penasaran dan ingin tahu apo nasib si mister tadi ni, Yong tunggu si mister tadi depan kedai tu. Tunggu punya tunggu, seorang lelaki berkulit hitam pun keluar dari kedai tersebut. Yong pun menghampiri lelaki tersebut dan Yong berkata âHaaaa,, Kan Yong dah cakap jangan masuk situ. Kang hangos. Kan sekarang dah Hangos. Degil..â Yong mengira kalau tulisan âOpenâ yang digantung di pintu kedai ialah âOvenâ untuk memanggang. Seorang kulit putih masuk kedalam kedai dan seorang kulit hitam keluar dari kedai. Yong mengira mereka adalah orang yang sama. Yong mengira bahwa si Mister yang tadi masuk tadi keluar hangus karna masuk kedalam âOpen/Ovenâ. -end- Ceritanya sedikit rasis. Bukan sedikit, tapi emang rasis. Tapi akui saja cerita ini lucu. Dengan keluguan Yong yang mengira si mister masuk ke âOpenâ dan keluar hangus. Padahal itu 2 orang yang berbeda. Nah, pesan moral nya disini, Belajar baik-baik. Sepele sih. Cuman kebiasaan orang melayu, hmm,, gak,, kebiasaan orang Indonesia yang ainât got time to pronounce âVâ atau âFâ dengan baik dan benar. Jadi bilang nya âOpenâ. Sama kayak âFilmâ jadi âPilemâ. âFantaâ jadi âPantaâ . Kalo bercita-cita ingin keluar negri, belajarlah Bahasa Inggris yang baik dan benar. Jadi gak malu-maluin. 2. Lotre Suatu hari, Yong sedang bersantai di ruang tamu. Lalu adik Yong pulang kerumah dari sekolah dengan wajah masam. Yong ternampak lah adiknya dengan muka masam tadi itu. Yong pun bertanya âHa, mengapo mengentam nyo dikau ni? Masaaaam muko. Panjaaang muncongâ Tanya Yong. âUlangan aku ni ha Yong. Dapat godok aku.â Jawab adik nya sambil mengeluarkan kertas ulangan dengan nilai nol besar berwarna merah menyala. âAlamak, ni kalau mak dikau nampak, besepai dunio. Mampos lah dikauâ Yong menakut-nakuti adiknya. âMacam mano ni Yong? Aku tendak keno sepak emak doâ kata si adik kepada Yong. Yong pun berfikir keras mecari akal untuk menyembunyikan kertas ulangan si adik. Namun belum lagi sempat berfikir si emak menjerit dari belakang âYONG? ADIK DIKAU TU? BALEK TAK PAKAI ASSALAMUALAIKUM HA..â Suara emak mendekat dan terdengar hentak kaki emak di lantai papan rumah. âAlamak, emak, Yong. Mampos lah akuâ si adik panik. Tanpa berpikir panjang, Yong sumpal Kertas ulangan ke mulut si adik. âTelan!! TELAN!!â perintah Yong kepada adiknya. Kertas tak berdosa itu pun ditelan bulat-bulat. Si adik terbatuk-batuk. Dalam waktu yang sama Emak pun sampai keruang tamu. âHa, mengapo dikau? Tebatuk-batuk. ntah hapo-hapo yang dijajan dekat sekolah agaknyo? Mano kertas ulangan dikau?â kata Emak. âAeeee,, anu,, pak guru tak kasi balik kertas ulangan tu do.â Jawab Yong. âaeh? kenapo dikau pulak yang menjawab?â Tanya si Emak. Yong dan adik panik. âeee,,, aa,, budak ni cakap tadi. Kan dio tengah tebatuk ni, macam mano pulak dio nak menjawab. Emak ni asyik maraaaah ajo. Cepat tuo kangâ jawab Yong sambal mengejek Emak âIsh, memang aku dah tuoâ jawab si Emak sambil berbalik menuju dapur. Yong dan si Adik menghela nafas. âSelamat aku Yong.â âceh, besok-besok belajo tu bebetolâ jawab Yong sambil mengutuk adiknya. Malam harinya, Yong menonton TV dengan adiknya. Namun tiba-tiba, si adik sakit perut. âYong perut aku sakit ni haâ kata si Adik sambil memegang perut. âBerak lah sanoâ jawab Yong, masih focus dengan acara di TV. Si adik berlari menuju WC dan buang hajat sepuas-puasnya. Beberapa saat kemudian si Adik berteriak dari belakang âYOOOOONG!!!â Yong terperanjat. âHAPO?? MENGAPO?? APO NAMONYO??â Si adik berlari menuju Yong dengan secarik kertas di tangannya. âYong aku dapat seratus ribu dekat taik aku, Yongâ sambil menyodorkan secarik kertas berlapiskan âemasâ. Yong mundur 3 langkah. Yong terheran. âMacam mano dikau dapat ni?â Tanya Yong masih terheran. âNtah, kertas ulangan tadi petang aku makan dak?â sangka si adik. âbetul lah?â Tanya Yong masih terheran. âNtah, yang penting aku dapat duit. Hahahahahaâ Yong sangat terheran. Apa benar gara-gara makan kertas ulangan dapat duit? Yong yang tak bepuas hati masuk kedalam kamar adiknya mencari kertas ulangan adiknya yang lain. kalau-kalau ada. Dan ditemukannya 1 kertas ulangan adiknya. Tanpa berfikir panjang, Yong makan kertas ulangan yang malang tersebut dan langsung tidur. Berharap esok pagi rutinitas Yong tiap pagi di WC membuahkan hasil. Malam yang pelik itu berjalan panjang. Keesokan harinya, Yong melaksanakan âBertapaâ di WC. Tunggu punya tunggu akhirnya keluarlah secarik kertas bersama tumpukan âhasil tambangâ Yong. Yong sangat gembira melihat kertas tersebut. Namun yang ditemukannya bukan uang kertas. Ketika Yong buka lipatan kertas binasa itu terdapat sebuah tulisan âMAAF, ANDA KURANG BERUNTUNGâ -end- Pesan moralnya. Gak ada. Yang pasti JANGAN DAPAT NOL PAS ULANGAN DAN JANGAN MAKAN KERTAS. Ceritanya jorok. Baru sekarang nyadar. Tapi dulu lucu loh. Mungkin sekarang otak saya sudah lurus. Tapi masih lucu ceritanya sampai sekarang hahahaha. ada sih pesan moral nya. gak semua yang didapat sama orang kita juga bisa dapat. kalo udah usaha tinggal tawakal aja. hasilnya tergantung sama yang maha kuasa. Shit man, how can i get so positive over a story about shit? Abaikan. 3. Kapal Pesiar Yong ialah seorang kapten sebuah kapal yang besar. Suatu hari yong pulang ke Bengkalis. Dermaga tempat kapal Yong dilabuhkan berjauhan dengan kampong Yong. Jadi Yong pulang dengan becak. Sampai di kampong, seluruh warga kampong menyambut Yong dengan meriah. Warga kampong tidak sabar untuk mendengarkan cerita Yong dan kapal pesiarnya yang dikabarkan sangat besar tersebut. Warga kampong berkumpul untuk mendengarkan cerita Yong. âHaa.. Miko nak dengo ceghito apo?â Tanya Yong kepada warga. âYong aku dengo kapal dikau besoâ kata salah seorang warga. âBeso tu beso. Tapi tak lah beso sangat do.â Jawab Yong dengan rendah diri. âHoooooooâ gumam warga kampong. Lalu salah seorang warga bertanya lagi. âberapo panjang kapal dikau Yong?â âPanjang tu tak berapo panjang do. Kalau bawak pisang dari depan ke belakang, Pisang busukâ jawab Yong. âIsh, panjang tu Yong.â warga tersebut terkagum-kagum. Lalu warga lain bertanya lagi âKalau lebar nyo Yong?â âLebar nyo tu pun tak Lebar-lebar betul. Kalau dikau masak nasi dari kiri ke kanan, Nasi basiâ jawab Yong. âckckckckck. Lebar tu Yongâ warga masih terkagum-kagum. âKalau tinggi Yong?â Tanya salah seorang warga lagi. âHaaaaa,, kalau tinggi tu memang tak tinggi do. Kalau dikau berak di atas, taik tu jatuh, sampai dibawah, Taik Kering.â *dubrak* -end- Besarnya kapal pesiar milik Yong ini. Hahahahaha, kapal mana sih yang sebesar itu? Ada-ada saja. Pesan moralnya, yaaa jangan sampe kena tipu orang deh. 4. Yong dan anak Pak Haji Yong, ialah pemuda yang sangat pintar mengaji. Namun Yong ini sangat nakal. Kalau orang melayu Bengkalis menyebutnya Teking red TĂâ˘keng. Seperti biasa Yong pergi mengaji dengan kawan-kawannya. Hari ini Yong pergi mengaji dirumah Pak Haji Samad atau siapapun namanya, saya tidak ingat. Pak Haji Samad ini punya 2 orang anak gadis, satu bernama Ani dan satu lagi Siti. Apabila anak-anak muda ini ternampak anak gadis pak haji Samad ni, terkesima lah mereka. Semua berlomba-lomba mengaji yang betul untuk memikat hati anak gadis pak haji Samad. Namun satupun taka da yang betul kecuali Yong. âMiko ni, ngaji tak ado yang betul. Sumbaaaaang ajo. Tengok Yong ni, pandai mengaji, sedap suaranyoâ kata pak haji memuji Yong. Hidung Yong pun kembang kempis mendengar pujian pak haji. Tepandang lah anak gadis pak haji, tengah berbisik-bisik di balik lansir pintu dapur. Makin kembang kempis lah hidung Yong. Pulang mengaji, cuaca terlihat mendung. Yong dan kawan-kawan bergegas pulang kerumah masing-masing. Ditengah jalan mereka bercerita tentang anak gadis pak haji. âBukan main cantek lagi anak pak haji Samad tu. Sejuk mato aku memandangâ kata Atan. âHoâoh, Ani tu ha. Putih melepak kulit dio, silau mato aku memandangâ kata Sabir pula. âtak dikau tengok si Siti? Tinggi semampai. Kalau macam gini caro nyo, tiap hari aku ngaji umah pak haji samadâ timpal Udin pula. âTapi yang keno puji pak haji tu aku. Heheâ kata Yong bersilang tangan, berlagak. âEi, aku nak dengan anak dio lah, bukan bapak nyo. Hahahahahahaâ kawan-kawan Yong pun gelak terbahak-bahak. Lalu Sabir tersadar, Yong tidak memakai sandal. âEh, Yong. Selop dikau mano? Tanyanya. âEh, iyolah. Tetinggal umah pak hajiâ jawab yong setelah melihat kaki ayam nya. âEleh, alasan dikau ajo tu nak balek lagi ke umah pak haji. Menggatal dekat anak gadis dioâ ejek Udin. âAku balek ke umah pak haji dulu lah ambik selop aku, miko balek dulu lah.â Kata Yong sambil berjalan me arah rumah pak haji Samad. âUsah lelamo Yong. Hari nak ujan. Usah dikau kacau anak pak haji ye Yong.â Pekik Atan dan diikuti oleh tawa kawan-kawan Yong. Yong pun kembali kerumah pak haji Samad. âSMLEKOOOOOOMâ Pekik Yong dari pintu depan rumah pak haji. Pak haji pun menoleh dari arah dapur âApo laaaaah dikau ni Yong? Ucap salam tu bebetol. âAssalamualaikumâ. Ucap balek bebetulâ. Yong tersenging. Pak haji balik ke dapur. Menunggu salam yang betul dari Yong. âASSALAMUALAIKUUUUUUMâ Pekik Yong lagi. âWaâalaikumsalam warahmatullah.. usah pulak tepekik sangat. Pecah pulak tingkap umah pak haji ni kangâ gurau pak haji. âHa, apo pasal dikau balek lagi kesini?â Tanya pak haji. âSelop sayo tetinggal pak haji.â Jawab Yong. âEh, Iyo pulak. Ani yang letak belakang tadi. Takut keno hujan. Pegi mintak dekat Ani di belakang.â Yong pun pergi ke belakang dapur. Ada Ani disitu sedang mengangkat jemuran sebelum turun hujan. âAniâ panggil Yong. âEh, Abang Yong. Kenapo bang?â Tanya Ani. âAbah dikau tu ha. Suruh dikau cium pipi abang sebelah kanan.â Gurau Yong. âAh, Tendak doâ tolak Ani sebab tidak percaya. Yong pun besorak dari belakang âPak hajiiiiiiiiiiiiiii, Ani tak kasiiiiiiiiiiiiiiiiiiiâ Mendengar sorak Yong pak haji pun menyahut âKaaaasii, NiiiiiiiiiiiiiâŚ!â âHa, dengo tu? Abah dikau suruh.â Kata Yong sambil menahan ketawa. Dengan muka masam, Ani pun mencium pipi Yong sebelah kanan. Yong tersenging-senging. Setelah itu, yong pun meminta sandal nya yang tertinggal kepada Ani dan Ani memberikannya kepada Yong sebelum Yong mengadu kepada Abah nya lagi. Yong berpamitan dengan Ani dan Ani pun berpamitan hendak melipat baju. Ketika hendak berpamitan dengan pak haji, hujan pun turun. âHujan ni nak tunggu lah duluâ pinta pak haji kepada Yong. âIyo lah pak hajiâ terima Yong. Tak berapa lama kemudian, Yonng terpandang anak gadis pak haji yang satu lagi, Siti. Pergi kearah dapur. Yong yang teking dah miang ni tak habis akal mengusik anak pak haji. âPak haji, sayo sejuk ni. Boleh mintak kopi tak dengan anak pak haji?â Tanya Yong âBoleh, Pergi ke belakang tu. Ado Siti di belakang. Minta dio buatkan kopiâ jawab pak haji. Yong pun pergi ke belakang. Ada Siti disitu. Tengah mencuci piring. âSitiâ panggil Yong. âIyo Bang Yong?â jawab Siti. Yong mendekati Siti dan berbisik pelan. âAbah dikau tu.. disuruh dio pulak abang mintak dikau cium pipi abang sebelah kiriâ Siti terkejut dan mengenyitkan mata âIh, Tendak lah, maluâ Sekali lagi Yong berteriak â Pak Hajiiiiiiiiiiiiiiiii,, Siti tak kasiiiiiiiiiiiiiiiiiiiâ Dan sekali lagi pak haji menyahut âKaaaaaaaaaaaasiiiiiiii, Sitiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii⌠mengapo laaahh, anak gadis aku niiii. Disuruh tak mau?â Yong menahan ketawa. Siti pun dengan malu-malu mencium pipi kiri Yong. Setelah itu Yong meminta Siti membuatkan nya kopi. Setelah menghabiskan kopi dan melihat hujan sedikit mereda hanya tinggal gerimis saja, Yong cepat-cepat minta izin pulang dengan pak haji. âBalik dulu pak haji. pamit Yong. âEh, belum berenti lagi hujan do Yong. Basah dikau kang.â Kata pak haji. âTak apo do pak haji. Emak suruh balek sebelum maghrib. Kang keno sungut sayo. Smlekom,, eh,, Assalamualaikum..pak haji.â jawab Yong sambil memasang sandal dengan ligat âWaâalaikumsalam warahmatullah. â jawab pak haji. âBaik budi betul budak ini. Pandai mengaji pulak tuâ kata pak haji dalam hati. Lalu kedua anak gadis nya menghampiri abah nya. âAbaah, betul tadi abah suruh Ani cium pipi kanan Bang Yong?â Tanya Ani. âHah? Tak lah, abah suruh ani kasi selop dio yang tinggal tadiâ pak haji terkejut. âSiti pun gitu juga tadi bah. Abah suruh Siti cium pipi kiri bang Yongâ kata Siti pula. âHah? Tak ado lah, abah suruh dio minta kopi dengan dikau di belakang. KUGHANG HAJO PUNYO BUDAK. MIANG DENGAN ANAK AKU. YOOOOOOOOOOOOOONG!!!â Pak haji mengejar Yong yang belum jauh dari rumah nya dengan sebuah parang. Yong ternampak pak haji dari arah rumah nya. âAlamak pecah tembelangâ Yong pun lari sekuat tenaga dan terjadilah adegan filem India di tengah gerimis hujan hanya saja lebih terlihat seperti adegan mengejar pencuri daripada adegan romantisD -end- Pesan moralnya JANGAN GANGGUIN ANAK GADIS ORANG KALO GAK MAU DIBUNUH SAMA BAPAKNYA. Yaa,, kira-kira segitu lah cerita Yong yang saya ingat. Absurd-absurd gak jelas gitu namun membawa nostalgila yang luar biasa. Ceritanya masih banyak yang lucu. Namun udah gak banyak yang tau cerita Yong Dollah seiring berjalannya waktu. Mainan anak-anak sekarang bukan dongeng sebelum tidur lagi. Tapi udah tontonan YouTube, scrolling over Instagram atau game sejenis Candy Crush yang kadang-kadang bukan bikin ngantuk tapi malah melek semalaman. Bukan mau nyalahin teknologi sih. Tapi udah jadi lifestyle. Mau dibalikin lagi susah. Semoga aja lah posting kali ini kekal di internet. Ada anak-anak yang nyasar ke blog saya, terus baca cerita dongeng legendaris dari Bengkalis ini. Tapi ini di rated BO harusnya. Anak-anak sekarang pikirannya terlalu dewasa. Yang cerita Yong dan Anak Pak Haji bisa-bisa malah dipraktekin. Kalo anak-anak dulu mah kita nyadar, yang boleh begitu Cuma orang dewasa aja. Well.. tidak tersangka tidak terduga ada juga 3 jam nulis postingan ini. Semangat sekali saya sodara-sodara. Kalo ada yang nyasar kesini terus baca sampe ke line ini, tolong si share ya. JANGAN DI COPAS LOH. 3 jam loh ini typing nya. At least jadikan saya referensi. Spread the love. Or Nutella. Over a bread. -Ledy-
Naik haji adalah salah satu mimpi semua umat Islam. Sayangnya selain kesiapan mental, biaya yang dibutuhkan juga cukup besar. Itulah mengapa dalam agama sekalipun, kewajiban haji cuma ditujukan bagi mereka yang mampu. Iya, yang pengin mungkin semua, tapi gak semuanya mampu. Tapi, percaya gak, kalau emang benar-benar pengin, kamu bakal jadi mampu? Hal inilah yang telah dibuktikan beberapa jemaah haji di bawah ini. Gak sebentar waktu yang mereka butuhkan buat menyisihkan Rupiah demi Rupiah, tapi berkat kegigihan dan cita-cita yang kuat, mimpi mereka pun berhasil terwujud. Inilah kisah-kisah mereka yang berhasil naik haji melalui perjuangan yang panjang yang menyentuh hati. 1. Menabung di celengan bambu selama 14 tahun Image tribunnews Abdul Chamid dan Mukhlisah adalah pasangan suami istri penjual es tebu asal Jombang. Mukhlisah, sang istri, telah lama menyimpan cita-cita naik haji. Ia pun meminta dibuatkan suaminya celengan dari bambu. Dengan konsisten, Mukhlisah menyisihkan uang ke dalam celengan tersebut. Nilainya gak menentu, tergantung sisa uang yang dimiliki hari itu. Mulai dari Rp 500 hingga Rp 10 ribu. Urusan menyimpan uang ini dilakukan Mukhlisah tanpa sepengetahuan suaminya. Setelah 10 tahun berlalu, barulah Mukhlis mengajak Abdul mendaftar jadi peserta haji. Saat itu nominal tabungannya emang udah cukup banyak, tapi masih belum cukup buat berangkat haji. Gak berkecil hati, Mukhlis kembali menabungkan uang seperti caranya selama ini hingga akhirnya tahun ini ia bisa ke tanah suci. 2. Menabung sejak zaman perang Image koranmalam Adalah kakek Ambari bin Ahmad, kakek berusia 90 tahun yang telah menabung lebih dari 50 tahun lamanya. Sebagai buruh tani, kakek Ambari gak dapat segera mewujudkan mimpinya pergi haji. Tapi, ia gak berhenti bermimpi. Kakek Ambari mulai menabung sejak Indonesia masih dijajah Belanda. Menurut pengakuannya, ia memendam celengan di tanah tiap kali ada penjajah yang datang. Tentu banyak uang kakek Ambari yang gak lagi laku. Buat uang tersebut, ia pun menjualnya ke kolektor atau pasar loak, lalu hasil penjualannya kembali ditabung. Akhirnya, setelah berpuluh-puluh tahun menabung, dua tahun lalu kakek Ambari berhasil naik haji. 3. Pemulung naik haji berkat Rp 10 ribu sehari Miskat telah berusia 70 tahun saat berhasil terdaftar sebagai jemaah haji. Buat mewujudkan mimpinya tersebut, ia menyisihkan Rp 10 ribu tiap harinya. Saat uang tabungannya terkumpul sebesar Rp 3 juta, ia membawa kumpulan pecahan Rp 10 ribuan tersebut pada pemilik salah satu Kelompok Bimbingan Ibadah Haji KBIH Probolinggo. Sayangnya, masih banyak banget biaya yang harus ia tambahkan. Pengin gak pengin Miskat harus melunasinya dengan dana pinjaman dari bank. Untungnya, pihak KBIH membantu menutup biaya bunga dari pinjaman tersebut. Bertahun-tahun kemudian, Miskat pun berhasil melunasi cicilan pokok pinjaman tersebut. 4. Penjahit berangkat haji setelah 27 tahun menabung Image wartakota Sutaryono alias Pakde Yono adalah seorang penjahit di pinggir jalan kawasan Matraman, Jakarta Timur. Ia harus rela melayani pelanggan sambil kucing-kucingan dengan petugas lantaran kawasan tempatnya bekerja dilarang menggelar lapak. Meski gitu, kakek berusia 67 tahun ini mampu menyisihkan uang dari upah yang cuma Rp 15-30 ribu sehari. Perjuangannya menabung selama 27 tahun ini akhirnya berbuah hasil. Pakde Yono berhasil mendapat nomor antrean buat naik haji tahun depan. 5. Menabung uang jajan sejak SMP Image fajar Usianya baru 20 tahun, tapi Amir Hasan telah menjadi salah satu jemaah haji dari Medan, Sumatera Utara. Sejak SMP, Amir telah memiliki cita-cita buat menunaikan ibadah haji. Pelan-pelan ia pun menyisihkan uang jajan buat ditabung. Amir menitipkan tabungan tersebut pada ibunya. Usai lulus SMA, Amir bekerja di salah satu perusahaan di Riau. Setelah bekerja, uang yang bisa ia tabung pun jadi lebih besar. Meski ayahnya adalah seorang sopir dan ibunya berjualan nasi, cita-cita Amir berhasil jadi nyata. Tanpa tekad yang kuat, cita-cita naik haji cuma ada di mulut aja. Gak peduli seberapa besar gaji yang kita punya, tanpa perencanaan dan kegigihan menyisihkan uang, dana haji pasti selalu kurang. Di sisi lain, ada orang-orang yang buat hidup sehari-hari aja serba pas-pasan tapi berhasil mewujudkan mimpinya ke Tanah Suci. Salut banget deh buat mereka yang sukses naik haji dengan kerja keras!
Jakarta Sebagian kaum muslim sangat merindukan bisa menunaikan ibadah haji. Bukan sekadar memenuhi kewajiban, bagi mereka ibadah haji adalah jawaban atas panggilan spiritual. Masalahnya, menunaikan ibadah haji atau yang populer disebut naik haji tidak bisa sewaktu-waktu. Selain ada momen khusus, naik haji ke Tanah Suci di Arab Saudi butuh biaya yang tidak sedikit seiring lokasinya yang jauh. 3 Daerah Asal Calon Haji Indonesia Terdampar di Filipina Umur 146 Tahun Masih Hidup, Mbah Gotho Sragen Ingin Mati Suwito Naik Haji Bareng 3 Istri Mereka yang tidak punya materi berlebih harus menabung. Tahun ini ada sejumlah calon haji dari berbagai daerah di Indonesia yang kisahnya menggetarkan. Mereka contoh orang-orang yang berjuang keras menabung dalam waktu lama untuk bisa berhaji. Mereka bukan orang kaya dari sisi materi, tapi kaya hati. Profesinya beragam, dari tukang parkir, tukang becak, buruh tani, juga penjahit rumahan. Untuk memenuhi panggilan ke Tanah Suci mereka pun telaten menabung. Tentu butuh waktu tidak sebentar agar bisa terkumpul biaya haji. Mereka menabung belasan tahun, bahkan ada yang menabung sejak era perang melawan Belanda. Calon haji dengan perjuangan panjang ini ada Kakek Ambari dari Cirebon, Karsim si tukang becak dari Subang, Jawa Barat, Marsini penjahit Tegal, dan Bardi tukang parkir di Yogyakarta. Penantian panjang mereka terjawab tahun ini. Kerinduan pun Ambari Menabung Sejak Zaman PerangKakek Ambari bin Ahmad 90 mengucap syukur atas kesempatannya berangkat ke Tanah Suci untuk ibadah haji tahun ini. Tubuhnya yang sudah renta tidak mematahkan niat warga Kelurahan Pelandakan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Jawa Barat ini untuk menunaikan ibadah haji. Keinginannya untuk berangkat ke Tanah Suci itu tertanam sejak kakek Ambari berusia 30 tahun. "Saya buat celengan dari kaleng biskuit lalu saya patri sendiri. Hasil dari panen saya masukan ke celengan, berapa pun hasilnya, mau satu sen atau satu ketip," kata buruh tani itu kepada di Cirebon, Kamis 4 Agustus 2016. Di sela perbincangan, kakek yang berprofesi sebagai buruh tani ini mencoba mengingat kembali perjalanan hidupnya mengumpulkan segala mata uang rupiah sejak zaman Presiden Sukarno. Dia menuturkan, niatnya berangkat haji termotivasi oleh ayahnya, Ahmad, yang menunaikan ibadah haji saat itu. Dari motivasinya itu, dia mulai menabung di celengan sejak 1949. Suka dukanya menabung di celengan saat itu masih diingatnya. "Sambil ikut berperang, saya juga menyempatkan diri menabung. Kalau ada penjajah Belanda, celengan saya pendam di tanah lalu saya kabur sebentar, lalu malamnya saya ambil lagi," ucap dia. Keikhlasan hati Kakek Ambari ini rupanya membuka jalannya ke Mekah. Seiring berjalannya waktu, dia pun menukarkan koin logam hasil celengannya ke toko loak atau kolektor. "Uang yang saya tabung kan sudah tidak laku di zaman sekarang, jadi saya jual ke kolektor atau ke pasar loak, dibayar dengan rupiah, kemudian saya tabung lagi. Sampai terkumpul Rp 35 juta, saya bayarkan biaya haji juga tunai dan baru tahun ini saya berangkat," ujar Parkir Naik Haji Setelah Menabung 30 TahunBardi Syafii 53 sudah lama memendam niat menunaikan ibadah haji. Bersama sang istri, Rumiyati 49, sejak 1985 ia membulatkan tekad berangkat ke Tanah Suci. Untuk itu, keduanya bekerja keras dan menyisihkan uang khusus. "Saya buka lapak jualan koran dan rokok di Mangkubumi. Dulu saya sisihkan Rp 500-Rp sedikit demi sedikit," ujar Bardi di Yogyakarta, Selasa, 2 Agustus 2016. Ia membuka lapak dari pagi sampai malam hari. Bardi pun membedakan uang yang ditabung untuk haji dan nafkah keluarga. Ia juga ingat untuk membiayai sekolah dua anaknya. "Tabungan ini di luar uang biaya sekolah anak. Anak-anak harus tetap sekolah, demi masa depan mereka," ujar dia. Adapun istrinya, Rumiyati membuka warung lotek di Jalan Mangkubumi untuk menambah tabungan pergi haji. Kerja keras pasangan itu tak selamanya mendapat dukungan oleh teman-temannya. "Ya ada ditanya, kamu dan istrimu kerja siang malam uangnya itu mau buat apa? Saya jawab mau naik haji, eh malah mereka tertawa, tetapi itu jadi pelecut semangat," kata Bardi. Untuk menambah uang tabungannya, mulai 2001 Bardi menjadi tukang parkir di kawasan Jalan Mangkubumi Kota Yogyakarta. Dari usaha ini, ia bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp per hari. Setiap usai menjaga parkir, ia bisa menabung Rp sampai Rp "Tidak nabung di bank, tapi uang saya simpan di kaleng," kata Bardi. Bardi menegaskan niat pergi haji memang harus dijaga benar jika ingin pergi haji. Pada 2005, ia mengingkari janjinya dengan menggunakan uang tabungan naik haji untuk bisnis properti. Bukan untung, ia malah merugi karena tanah yang dibelinya bermasalah. "Uang saya ambil Rp 40 juta. Maunya diputarkan, tapi mungkin karena sudah mengingkari janji malah jatuh rugi. Janji awalkan gunakan tabungan itu untuk naik haji malah saya gunakan bisnis," kata dia. Pengalaman itu membuat Bardi dan istrinya kembali membulatkan tekadnya seperti semula. Ia pun kembali bekerja lebih keras seraya berdoa agar diberikan kelancaran rezeki. "Niat saya kalau uang sudah terkumpul lagi, saya akan mendaftar naik haji setelah kedua anak saya lulus kuliah dan bekerja," kedua putranya lulus kuliah dari Universitas Islam Indonesia UII dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk jenjang S1. Mereka juga telah mendapatkan pekerjaan. Ia pun akhirnya sudah mendaftar haji enam tahun lalu dan berangkat tahun Rumahan Wujudkan Mimpi Ibunda BerhajiMarsini 45, warga Kejambon, Kota Tegal, Jateng, kini bisa bernafas lega. Setelah menabung selama 23 tahun lamanya, ia akan berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji pada tahun ini. Tak hanya itu, ia bahkan mengajak serta ibu kandungnya yang sudah berusia 83 tahun menunaikan ibadah haji bersama untuk menjalankan rukun Islam kelima itu. Ia mengatakan, ketekunannya menjahit sejak masih gadis dan menyisihkan sejumlah uang setiap bulan untuk menabung biaya berhaji kini membuatkan hasil. "Sudah sejak tahun 1993 lalu saya sudah mulai menekuni usaha jahit rumahan. Alhamdullilah, usaha keras puluhan tahun lalu sebentar lagi saya dan ibu kandung saya, Rastini, bisa mendapatkan kesempatan berkunjung ke rumah Allah SWT," ucap Marsini saat ditemui di kediamannya, Selasa 16 Agustus 2016. "Sepuluh tahun pertama saya menjadi penjahit rumahan, hasilnya hanya cukup untuk menutup utang dan memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Tapi saya bersyukur, setelah utang-utang saya lunas akhirnya uang sebesar Rp 1 juta setiap bulan sekali ditabung sudah terkumpul bisa membiayai saya berangkat haji," ucap perempuan beranak tiga ini. Dari hasil menjahit, Marsini dapat memperoleh uang lebih dari Rp 2 juta setiap bulannya. Namun, keuntungan lebih besar didapatkan saat memasuki tahun ajaran baru dan musim hajatan. "Sebagian uang hasil menjahit sengaja saya tabung untuk biaya berhaji sama ibu kandung," tutur dia. Karena usia ibu kandungnya yang sudah tua, Marsini mendaftarkan ibunya terlebih dahulu untuk berangkat haji pada 2011 lalu. Kemudian, ia bersama suaminya mendaftar haji pada 2013. Saat pemberangkatan haji tahun ini, kantor Kementerian Agama setempat menunjuk Marsini sebagai pendamping ibu kandung karena usia ibunya yang sudah lanjut. Karena itu, ia dan sang ibu bisa berangkat haji bersama. Sementara, suami Marsini harus menunggu daftar antrean keberangkatan haji dari kantor Kementerian Agama Kota Tegal. "Meskipun tidak bersama suami, saya sangat bersyukur mewujudkan keinginan ibu kandung saya berhaji. Apalagi, saya bisa bersama menemani dan menjaga ibu untuk menunaikan ibadah haji. Mimpi saya sebentar lagi terwujud, sebagai anak saya berusaha memenuhi keinginan orangtua saya yang tinggal satu-satunya ini," dia memaparkan. Selain itu, ungkapan rasa syukur Marsini juga lantaran bisa berangkat haji lebih cepat karena harus mendampingi sang ibu. Padahal sesuai kuota haji reguler, ia seharusnya baru bisa berangkat pada 2027. "Saya yakin kemudahan ini sudah menjadi takdir Allah SWT. Saya sudah siap berangkat menghadap Sang Pencipta," dia Becak Naik HajiKarsim, seorang pengayuh becak asal kampung Sidamulya, Desa Ciasem, Kecamatan Ciasem, Subang, Jawa Barat, akan berangkat ke kota suci Mekah pada musim haji tahun ini. Dia berangkat bersama istrinya, Ratimi. Keduanya akan berangkat menunaikan rukun Islam kelima pada 23 Agustus mendatang melalui embarkasi Bekasi. Karsim bisa berangkat naik haji setelah melalui proses panjang. Dia harus menyisihkan uang hasil mengayuh becak selama 15 tahun. "Setiap hari saya sebisa mungkin harus bisa menabung agar cita-cita saya dan istri terlaksana. Saya menabung per hari antara Rp 25 ribu hingga 50 ribu rupiah," kata Karsim di Subang, Selasa, 9 Agustus 2016. Sebelum terlaksana bisa membayar pembiayaan naik haji. Kekhawatiran kerap dirasakan Karsim dan istri. Sebab penghasilannya yang tidak menentu dan tidak setiap hari dia bisa mendapatkan uang dengan hitungan yang besar. "Ya begitu, kalau dapat uang lebih besar 75 persennya saya masukan ke tabungan," ujar Karsim. Saat ini setelah cita-cita hampir terlaksana untuk menjalankan ibadah haji, Karsim dan Ratimi semakin tidak sabar. Dia mengaku ingin segera untuk menjadi tamu Allah di Baitullah.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Yong Dolah 3. Tangganya Mana?Note; Ini adalah rangkaian cerita klasik Humor Rakyat Bengkalis. Semoga berkenan^^.Yong Dolah 1. Di sini. Yong Dolah 2. Di toyeeeb⌠maka tersebutlah kesahâŚSuatu hari. Yong Dolah merasa kelelahan setelah seharian bekerja di ladang. Ia memutuskan untuk istirahat sejenak di bawah sebuah pohon Yong harus kecewa. Ia yang sangat merasa kehausan, bibir pecah-pecah, tenggorokan kering, dan lambung yang panas Eetdah⌠kek iklan nyang seger-seger ntu aje^^, ternyata oh ternyata, persediaan air minumnya telah habis. Satu-satunya botol air minum yang ia bawa, hanya tersisa beberapa tetes air saja. Dan tidak menghilangkan dahaga Yong yang mata Yong bersinar terang. Di ujung sana, ia melihat satu pohon kelapa. Terpikirkan betapa segarnya air kelapa muda di saat sore nan terik ini, tenggorokan Yong bergerak membuang masa, Yong segera berlari mendekati pohon kelapa tersebut. Napas Yong terengah-engah, dan semakin menambah derita dahaganya. Sejenak Yong memandang buah kelapa yang hijau-hijau di atas sana.âTinggi juga!â Pikir tanpa berpikir panjang Yong langsung saja memanjat pohon kelapa tersebut. Bersusah payah dalam kehausan dan kelelahan, Yong akhirnya berhasil mencapai tandan-tandan pohon kelapa begitu ia akan memetik satu butir kelapa muda, Yong terdiam seribu bahasa. Wajahnya pucat pasi. Saat melihat ke bawah, Yong begitu ketakutan. Gamang. Lututnya gemetar serasa goyah.âMaaakâŚâ Jerit Yong setengah menangis. âMacam mano nak turun niâŚ?! Tangga pun tak ado!âDi atas pohon kelapa, Yong berpikir memutuskan untuk turun. Lalu berlari pulang ke rumah. Dan kembali lagi ke ladang, menuju pohon kelapa tadi dengan membawa sebuah tangga tersenyum bangga. Tangga ia posisikan ke batang kelapa. Dan lantas menaiki anak tangga tersebut. Memetik beberapa butir buah kelapa muda. Kembali turun ke bawah menggunakan tangga tersebut.âHahaha⌠macam ni kan elok!â Ujar Yong sembari bertolak pinggang. âTak payah nak manjat-manjat macam beruk! Kan ado tangga, hahaha!âDan Yong akhirnya pulang sambil memikul tangga dan beberapa butir buah kelapa muda terikat di sisi tangga kayu tekurang, mohon maaf la ye Pakcik Makcik ^^Dan ternyata, yang baca ni cerita pasti bingung. Kok bisa?Jawabannya gampang^^. Yaa bisalah, namanya juga cerita dari Datok Yong Dolah. TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI. Ando Ajo, Jakarta 24 April Kasih Admin Kompasiana^^ Lihat Humor Selengkapnya
cerita yong dolah naik haji