ResensiBuku Jakarta Sebelum Pagi, Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie Perempuan Membaca. Februari 24, 2019 februari 2019, fiksi, Review Iffah Hannah. penulisdapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Analisis Struktur Novel Jakarta Sebelum Pagi karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie" dengan baik . Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi syarat sebelum menyususn skripsi program studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga. JakartaSebelum Pagi adalah sebuah novel karya Ziggy zezsyazeoviennazabrizkie pemenang sayembara Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 2014. Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama tahun 2016. Buku ini menceritakan Emina seorang gadis yang terobsesi dengan babi, mendapati surat beserta bunga dari anonim yang dengan langsung ia cap sebagai penguntit InformasiAwal. TRIBUNNEWSWIKI.COM - Jakarta Sebelum Pagi adalah novel karya salah satu penulis Indonesia, yakni Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Novel ini diterbitkan oleh PT Grasindo pada Februari 2017. Novel ini memiliki ukuran 19 x 13 cm. Tebal halaman adalah 280 halaman. Novel Jakarta Sebelum Pagi karya dari Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. NovelJakarta Sebelum Pagi menjadi karya fiksi terbaik Indonesia 2016 versi majalah Rolling Stone. Kalau kalian suka dengan novel bergenre romantis, komedi, dan misteri, gue sangat menyarankan kalian untuk membaca novel ini. Gue yakin novel ini akan bikin kalian tertawa dan takjub dengan plot yang cukup bikin melongo. Review I didn't expect to enjoy Jakarta Sebelum Pagi as much as I do. Bahkan, aku sempat mengalami kesulitan dalam memahami gaya bahasa yang digunakan-well, mungkin karena Jakarta Sebelum Pagi merupakan novel pertama Ziggy yang kubaca. Kalimat pertama pada bagian prolog dalam novel ini sudah cukup untuk membuatku tersedak. 2NVoI6b. Jakarta Sebelum Pagi Kisah yang Dilubangi Ketidaksempurnaan Judul Jakarta Sebelum Pagi Penulis Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie Ginger Elyse Shelley/Zee Tebal 270 halaman Penerbit Grasindo Genre Romance Tahun terbit 2016 ISBN 978-602-375-484-7 Sinoć, kad se vratih iz topla hamama, Prođoh pokraj bašte staroga imama; Kad tamo, u bašti, u hladu jasmina, S ibrikom u ruci stajaše Emina. -Emina, Aleksa Šantić- *** Kisah ini bercerita tentang Emina, gadis yang mendapatkan namanya dari sebuah puisi itu cuplikannya diatas, dia, ya, bisa dibilang, aneh, suka ngomongin babi-karena pengaruh buku yang ia baca Animal Farm-, dan kadang-kadang suka ngelantur, kepo pula. Gadis yang hidup diantara para jompo yang berjiwa muda. *** Dimulai dari kisahnya yang mendadak curhat ke Nissa, kawan seperkantoran sekaligus yan pi -kulit dim sum yang dibuat dari daging babi yang dipukul-pukul- -sejenis panggilan sayang dari Emina untuk Nissa- kesayangannya tentang asal muasal namanya yang ternyata berasal dari judul puisi tentang mbak-mbak yang rambutnya wangi bunga hyacinth, bukan dari merek kosmetik. Juga tentang karangan bunga yang dikirimkan padanya menggunakan balon perak ke balkon apartemennya, dan kesemua bunga itu adalah bunga dari puisi Emina, dan di salah satu batang bunga hyacinth itu, terukir namanya, Emina’. Dan kekepoannya yang teramat sangat membawanya masuk ke dalam toko bunga -juga sebagai kafe- di sebrang apartemennya. Membuatnya bertembung dengan Suki, gadis kecil yang dewasa dan pintar tapi bermuka masam, yang diam-diam telah memerhatikannya. Belakangan ini dalam karangan bunganya terselip sebuah surat. Kekepoannya jugalah yang membuat dia mengumpulkan keberanian yang enggak seberapa untuk mencoba mengetuk pintu apartemen tetangga, pintu sang stalker, ketukannya yang pelan, dengan tak disangka, malah membuat sang stalker terkena panic attack. Ah, bukan, bukan karena Emina jelek ataupun suaranya seperti kodok. Dia memunyai Ligyropobhia. Dan Haphephobia. Sejak kejadian itu, Emina dan Abel-si stalker-, menjadi lebih dekat. Bersama mereka berusaha memecahkan misteri dibalik pengirim surat -yang rupanya tidak ditulis Abel-, menjajaki tempat-tempat kenangan yang terlupakan oleh waktu dalam surat pada dini hari, dan, ah, cinta tumbuh disini. Pencariannya terhadap penulis surat membawanya menuju sebuah fakta, dan membeberkan cerita kasih yang tak bisa dipersatukan karena ketidaksempurnaan. *** Pada buku kali ini kak Ziggy melakukan perombakan besar dalam hal gaya penulisan, dari yang biasanya serius, sekarang pembawaannya lebih jenaka dengan perpaduan dari bumbu-bumbu khas Ziggy’. Dengan masih mempertahankan ciri khas darinya, dengan luwes ia memberi pengetahuan dalam permainan ’nama’ tokoh-tokohnya. Ia juga memberi kita pengetahuan dalam seluruh kisahnya, pengajaran dan terkadang juga renungan. “Haphephobia. Nama fobia terhadap sentuhan itu haphepobhia. Dan, fobia suara itu namanya .... ” aku mengintip layar ponselku sekali lagi, dan mencoba membaca nama penyakit itu dengan benar. “Ligyrophobia” -Hal 172- Walaupun sebenarnya ini adalah novel dengan genre romance, namun saya sebagai bukan penikmat novel romance merasa nyaman membacanya karena novel ini tidak seperti romance yang ada di luaran sana. Novel ini lebih banyak terfokus pada keberadaan komedinya, namun, ketika pada scene yang tepat, Ziggy sepertinya benar-benar mengerahkan segala kemampuannya untuk membuat pembacanya tersipu dan cengar-cengir sendiri, walaupun adegan itu segera dikacaukan oleh Emina sendiri. “Kamu nggak takut lagi?” tanyaku pelan, berusaha nggak terlalu girang. “Masih,” gumamnya, masih berkonsentrasi pada acara jabat jari raksasa dan kurcaci di atas bangku taman. “Tapi, yang lebih menakutkan dari apapun yang kita lakukan adalah kalau kita terus-terusan merasa takut.” “Ya. Tapi kamu harus takut Allah” Ucapanku membuat dia melepaskan tanganku, tapi Abel tertawa keras mendengarnya. -Hal 135 & 136- Saya rasa, ada beberapa kekurangan dalam novel ini, yang pertama penggunaan bahasa yang agak terbelit-belit membuat pembaca yang tidak terbiasa dengan gaya bahasa Ziggy akan kesulitan membaca. Kemudian, penggunaan kalimat kalimat dalam bahasa Inggris yang membuat pembaca sedikit kesulitan, menimbang banyaknya kalimat yang menggunakan bahasa Inggris. Dan yang terakhir adalah penokohan dari Abel yang dirasa kurang greget’ padahal ia adalah tokoh yang memberi andil cukup besar dalam cerita ini, dan juga penggambaran tokoh Abel yang kurang mendetail sehingga menyulitkan membaca untuk berimajinasi mengenai sosok Abel. Terlepas dari semua kekurangan, novel ini layak dibaca menimbang banyaknya pelajaran dan pengetahuan yang dapat kita ambil dari buku ini. Dan dapat saya pastikan pembaca akan terhibur dengan gaya bahasa Ziggy dalam novel ini. Penulis Ziggy Zezsyazeoviennazabriskie Penyunting Septi Ws Penerbit Grasindo Tahun Terbit Cetakan Kedua, Februari 2017 Halaman 270 ISBN 978-602375-843-2 Mawar, hyacinth biru, dan melati. Dibawa balon perak, tiga bunga ini diantar setiap hari ke balkon apartemen Emina. Tanpa pengirim, tanpa pesan, hanya kemungkinan adanya stalker mencurigakan yang tahu alamat tempat tinggalnya. Ketika –tanpa rasa takut- Emina mencoba menelusuri jejak sang stalker, pencariannya mengantarkan dirinya kepada gadis kecil misterius di toko bunga, kamar apartemen sebelah tanpa suara, dan setumpuk surat cinta berisi kisah yang terlewat di hadapan bangunan-bangunan tua Kota Jakarta. My Review Akhirnya, satu lagi karya Ziggy yang saya baca. Entah kenapa saya masih penasaran dengan karya-karya penulis bernama unik ini meskipun beberapa novelnya kurang saya sukai. Hal itu pernah saya bahas di sini. Kembali lagi ke Jakarta Sebelum Pagi, sejak awal saya dibuat sangat tertarik dengan blurb-nya yang misterius. Seolah-olah buku ini akan bercerita tentang usaha Emina mencari tahu siapa stalker-nya dan apa hubungannya dengan surat-surat misterius itu. Kenyataannya, sosok si stalker sudah diberi tahu di bagian awal cerita nggak awal banget, sih, tapi menurut saya masih di bagian awal novel. Namanya Abel, korban Perang Aljazair, dan fobia terhadap suara dan sentuhan. Ternyata Abel adalah cucu dari teman kecil Emina dulu yang tinggal di sebelah rumah kakek-neneknya. Abel ingin kembali berteman dengan Emina tetapi terlalu malu untuk memulai sehingga menggunakan cara unik, mengirim bunga dengan tiga balon perak, melalui pertolongan Suki, gadis kecil yang bekerja di toko bunga. Kekuatan novel ini bukan terletak pada alurnya yang biasa saja, melainkan keunikan tokoh-tokohnya. Emina sebagai tokoh utama adalah perwakilan millennial zaman sekarang, bekerja di perusahaan karena tidak tahu mau melakukan apa lagi selain bekerja, hidup sendiri di apartemen karena orang tuanya sudah meninggal, dan seminggu sekali berkunjung ke rumah kakek-neneknya yang dia sebut dengan Rumah Para Jompo. Dia juga berteman dengan seorang kakek yang tinggal di sebelah Rumah Para Jompo dan memanggilnya Pak Meneer. Sering menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari dan terobsesi dengan babi setelah membaca buku Animal Farm. Celetukan-celetukan Emina khas sekali, kadang ditandai dengan tanda kurung yang menyebutkan bukan pengalaman pribadi’. Cara berpikirnya pun seperti anak muda kebanyakan, ingin dilihat orang agar tidak terabaikan dengan cara gonta-ganti warna rambutnya dengan warna-warna ajaib. Selain Emina, ada lagi tokoh Suki. Suki inilah yang disebut sebagai gadis cilik misterius di toko bunga. Toko bunga sekaligus tea room. Toko bunga tersebut milik kakaknya, Suki membantu menjaga tea room setiap pulang sekolah. Suki digambarkan sebagai anak kecil yang terlalu dewasa dan bijak untuk anak seumurannya. Memegang teguh prosesi afternoon tea dan memiliki banyak hewan peliharaan di apartemennya. Ajaib sekali, anak sekecil Suki sudah ditinggal pergi-pergi oleh kedua orang tuanya dan hanya tinggal bersama kakaknya. Suki ini yang memberi tahu Emina bahwa yang mengirim bunga-bunga dan surat melalui balon perak itu adalah dia dan dia disuruh oleh Abel. Abel adalah pemuda berusia 24 tahun yang fobia suara dan sentuhan akibat trauma yang dia alami saat masih tinggal di Aljazair bersama kedua orang tuanya. Orang tuanya tewas di sana lalu Abel diadopsi oleh Pak Meneer sebagai cucunya. Dia sempat tinggal di Belanda sebelum akhirnya kembali lagi ke Jakarta dan tinggal di apartemen yang bersebelahan dengan Emina. Abel menemukan setumpuk surat-surat misterius yang membuatnya penasaran. Namun, ia tidak ingin penasaran sendiri, ia memberi surat itu kepada Emina, dan akhirnya mereka berdua menyusuri tempat-tempat di Jakarta yang disebutkan dalam surat tersebut. Satu lagi adalah tokoh favorit saya, Nissa. Teman sekantor Emina yang gaya berpikirnya juga mewakili orang Jakarta kebanyakan. Sangat waspada terhadap stalker atau orang aneh yang mengusik hidupnya dan berusaha hidup senormal mungkin seperti orang-orang kebanyakan. Kenapa Nissa yang jadi tokoh favorit saya? Karena dia satu-satunya karakter yang menurut saya normal, yang lainnya aneh semua, hahaha. Namun, seperti yang saya bilang di awal, keanehan itu menjadi kekuatan tersendiri dalam novel ini. Dari alur cerita, novel ini sebenarnya biasa saja. Emina dan Abel yang mengunjungi tempat-tempat di Jakarta yang disebutkan dalam surat. Kanal Molenvliet, Nillmij, Planetarium jadi ini gedung lama, ya? saya baru tahu, dan Museum Taman Prasasti. Bedanya, mereka berdua mengunjungi tempat-tempat itu pada dini hari sekitar jam 3-4 pagi. Kenapa? Karena kalau sudah siang Jakarta ramai dan Abel fobia suara. Hal inilah yang akhirnya membuat novel ini berjudul Jakarta Sebelum Pagi. Sayang sekali, meskipun judulnya Jakarta Sebelum Pagi, penggambaran suasana tempat-tempat bersejarah yang dikunjungi Abel dan Emina pada dini hari tersebut malah kurang tergali dan kurang menggerakan cerita, kecuali Abel dan Emina yang semakin akrab setelah kunjungan-kunjungan itu. Poin utama dalam novel ini adalah benarkah surat-surat itu milik Pak Meneer dan kepada siapa surat itu ditujukan? Apakah ada hubungannya dengan teman Pak Meneer yang sakit bertahun-tahun dan tak pernah keluar dari kamarnya? Kemisteriusan Pak Meneer dan temannya inilah yang membuat saya terus membaca novel ini. Sejak membaca surat-surat tersebut, saya sudah mendapat sedikit gambaran tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan pasangan tersebut. Ternyata tebakan saya meleset sedikit dan saya ikut terkejut dengan apa yang terjadi pada teman misterius Pak Meneer. Akhir kata, meskipun bukan yang paling seru, novel Jakarta Sebelum Pagi bisa menjadi bacaan ringan di kala penat melanda. Jakarta Sebelum Pagi adalah sebuah novel karangan Mochtar Lubis yang diterbitkan pada tahun 1959. Novel ini mengisahkan kehidupan di Jakarta pada masa pergantian abad ke-20, dengan latar belakang perjuangan kemerdekaan Indonesia dan masa awal kemerdekaan. Dalam novel ini, Mochtar Lubis memadukan kisah cinta dengan petualangan yang menegangkan, membuat pembaca terus terpaku pada alur cerita yang menarik. Sinopsis Jakarta Sebelum Pagi Novel ini bercerita tentang seorang pemuda bernama Isa, yang baru saja kembali dari Belanda setelah menyelesaikan studinya. Isa bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Saraswati, yang membuat hati Isa terpikat. Namun, hubungan mereka terancam oleh berbagai hambatan, termasuk perbedaan agama dan status sosial. Selain kisah cinta Isa dan Saraswati, novel ini juga mengisahkan perjuangan rakyat Indonesia dalam masa kemerdekaan. Isa bergabung dengan kelompok pejuang yang dipimpin oleh seorang tokoh bernama Karto, dan bersama-sama mereka berjuang melawan penjajah Belanda yang masih berusaha menguasai Indonesia. Karakter-Karakter dalam Jakarta Sebelum Pagi Novel Jakarta Sebelum Pagi memiliki banyak karakter yang kuat dan berpengaruh terhadap alur cerita. Beberapa di antaranya adalah 1. Isa Pemuda yang baru saja kembali dari Belanda dan jatuh cinta pada Saraswati. 2. Saraswati Gadis cantik yang menjadi pujaan hati Isa. 3. Karto Pemimpin kelompok pejuang yang berjuang melawan penjajah Belanda. 4. Pak Surya Ayah Saraswati yang tidak setuju dengan hubungan antara Isa dan Saraswati. 5. Bu Sukini Ibu dari Isa yang sangat mendukung perjuangan rakyat Indonesia. Gaya Bahasa dan Penggambaran Jakarta dalam Novel Ini Salah satu hal yang menarik dari novel Jakarta Sebelum Pagi adalah gaya bahasanya yang indah dan kaya. Mochtar Lubis mampu menggambarkan Jakarta pada masa itu dengan detail yang sangat baik, sehingga pembaca seolah-olah dapat merasakan atmosfer kota pada waktu itu. Selain itu, Mochtar Lubis juga menggunakan banyak metafora dan simbolisme, yang membuat novel ini semakin memikat dan mendalam. Kesimpulan Jakarta Sebelum Pagi adalah sebuah novel yang sangat menghibur dan mendidik. Kisah cinta yang romantis dan petualangan yang menegangkan, ditambah dengan penggambaran Jakarta pada masa itu yang sangat detail, membuat novel ini layak untuk dibaca oleh siapa saja. Selain itu, novel ini juga mengandung pesan moral yang kuat, seperti semangat perjuangan dan keberanian dalam menghadapi kesulitan. Bagi yang ingin membaca novel yang menyentuh hati dan menantang pikiran, Jakarta Sebelum Pagi adalah pilihan yang tepat. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Identitas BukuJudul buku Jakarta Sebelum PagiPengarang Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie Penerbit PT Grasindo Tahun Terbit Februari 2017ISBN 978-602-375-843-2Tebal halaman 280 halamanLebar cm Panjang cmJakarta Sebelum Pagi itu Jakarta Sebelum RealitaEmina, tokoh utama yang sama nasibnya seperti kebanyakan manusia kelas pekerja lainnya yang terhimpit di kota Jakarta. Diikuti oleh seorang stalker mencurigakan Namun, Emina justru menanggapi stalker dan menelusuri jejak stalker. Pencariannya mengantarkannya kepada gadis kecil misterius di toko bunga, dan di sana ditunjukkannya realita dunia serta keunikannya. 1 2 Lihat Hobby Selengkapnya Judul Jakarta Sebelum Pagi Penulis Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia Tebal Buku 280 Halaman ISBN 9786023754847 Rating 5 dari 5 Hari ini, di pemakaman, ada orang yang dikubur, dan ada orang yang mengubur. Namun sepertinya, kematian mengambil keduanya-satu orang mati dan satu orang hidup. Bukan salah kematian, kurasa. Kematian hanya mengambil satu dari mereka. Masalahnya, yang ditinggal masih berusaha mengejarnya, berharap kematian mau mengembalikan apa yang ia ambil. -halaman 1 Blurb “Jam tiga dini hari, sweter, dan jalanan yang gelap dan sepi .... Ada peta, petunjuk; dan Jakarta menjadi tempat yang belum pernah kami datangi sebelumnya.” Mawar, hyacinth biru, dan melati. Dibawa balon perak, tiga bunga ini diantar setiap hari ke balkon apartemen Emina. Tanpa pengirim, tanpa pesan; hanya kemungkinan adanya stalker mencurigakan yang tahu alamat tempat tinggalnya. Ketika—tanpa rasa takut—Emina mencoba menelusuri jejak sang stalker, pencariannya mengantarkan dirinya kepada gadis kecil misterius di toko bunga, kamar apartemen sebelah tanpa suara, dan setumpuk surat cinta berisi kisah yang terlewat di hadapan bangunan-bangunan tua Kota Jakarta. *** Emina, seorang gadis metropolitan yang unik. Kenapa unik? Karena pembawaannya yang menarik ceria, easy-going, blakblakan dalam versinya tersendiri. Orangtuanya meninggal dunia, yang tersisa dari keluarganya adalah kakek dan neneknya serta adik dari kakeknya yang tinggal di sebuah rumah, Emina memberi julukan "Rumah Para Jompo". Tetangga mereka, juga seorang lelaki tua keturunan Belanda yang dipanggil oleh Emina dengan sebutan Pak Meneer. Lalu tiba-tiba ada orang misterius yang mengiriminya surat misterius dengan caranya yang unik. Surat itu dikirimkan dengan balon gas yang lewat dari jendela apartemennya, ditambah dengan bunga hyacinth biru. Pilihan cara mengirim surat yang unik, dan bunga langka yang tidak sembarang bisa tumbuh di Indonesia. Isi suratnya pun tak kalah misterius. Tentang surat yang bukan atas namanya, dengan setting Jakarta bahari, namun surat itu secara gamblang ditujukan pada dirinya. Reaksi Emina tidak seperti yang seharusnya orang normal mengatasi itu. Temannya mengatakan kalau itu perilaku penguntitan. Namun Emina justru merasa penasaran. Maka dimulailah skenario investigasi yang membawa Emina berkenalan dengan seorang gadis SD yang unik bernama Suki. Suki adalah pemilik toko bunga yang berada tidak jauh dari apartemennya berada. Gadis keturunan Arab-Jepang itu memiliki hobi tak kalah unik yang berkaitan dengan teh. Anak kecil itu terobsesi dengan teh dan upacara minum teh khas Jepang! Dari Suki, ia kemudian berkenalan dengan Abel, seorang pemuda korban perang Aljazair yang mengidap trauma terhadap suara level kronik. Hubungan yang aneh terjalin antara Emina dengan Abel. Mereka memutuskan untuk menyelidiki surat-surat misterius yang sampai ke tangan Emina dengan menjelajahi lokasi-lokasi kota Jakarta masa kini, yang terhubung dengan setting Jakarta masa lalu yang tertulis di surat-surat misterius itu. Mengingat partnernya tidak bisa diajak memecahkan misteri ke tempat-tempat itu pada siang hari, maka mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan dini hari dan mengunjungi tempat-tempat itu, berharap dapat memecahkan isi surat dan mengetahui siapa yang dimaksud oleh si penerima maupun pengirim aslinya. *** Satu hal yang tidak saya sukai dari keseluruhan novel ini adalah covernya yang mirip sekali dengan I'll Give You The Sun. Aduh, kenapa bisa kecolongan seperti ini? Tapi, di luar satu hal itu, novel ini benar-benar out of the box, juara! Dari mulai cara penyampaiannya, plotnya, karakternya, settingnya. Mengingatkan saya pada Animal Farm dan segala macam ke-babi-annya ini bukan umpatan!, lalu kisah kota zaman dahulu yang pernah pengin saya buat untuk kota saya tapi sepertinya perlu ditinjau ulang deh setelah menu buku ini, Lyanna Mormont! Suki mengingatkan saya pada karakter itu, eksekusi karakter di dalam ceritanya yang seperti sedang menonton film-film barat romantis, dan... salah satu bab dari buku Fikih Kontemporer yang pernah saya baca, yang membuat kisah ini meskipun tidak biasa, bukan berarti tidak pernah ada. Oke mari kita bahas satu per satu. Pertama soal karakter. Saya suka bagaimana cara Ziggy menyampaikan karakternya. Meskipun ini baru novel kedua Ziggy yang saya baca, namun saya suka sekali bagaimana penulis menyampaikan cerita berdasarkan karakternya. Saya membaca Di Tanah Lada yang mana tokohnya adalah seorang anak kecil, narasi dan deskripsinya pas sekali dengan usia dan karakter Salva. Di sini, karakternya adalah Emina yang easy going dan seru. Gaya bahasa yang digunakan pun seolah menyatu dengan karakter itu. Ehem, saya follow akun twitter Ziggy dan sering stalking juga. Saya rasa Emina ini mirip dengan Ziggy pembawaannya. Lalu, plotnya. Wow, saya tidak pernah bisa membayangkan ada beberapa plot aneh dan tidak masuk akal dicampur menjadi satu dan disampaikan dengan cukup masuk akal dan apik! Pertama, tentang sosok gadis metropolitan dengan segala kehidupannya yang... katakanlah bisa saya bayangkan berjibaku dengan kemacetan jalan rahya, jam kerja, pergaulan kantor meskipun ini bukan plot utama cerita ini. Lalu, dipadukan dengan cerita tentang seorang pemuda korban perang Aljazair. Saya saking kepo-nya, sampai googling, dan ternyata perang itu benar ada. Timeline-nya pas dengan perkembangan usia si tokoh utama. Tentang kebudayaan Jepang, lalu si bunga hyacinth yang bahkan baru saya dengar di novel ini. Dan mau tahu yang paling mencengangkan? Wah, saya tidak mau spoiler karena bisa dibilang ini salah satu plot kunci. Tapi, sesuatu ini yang benar-benar tidak dapat diprediksi dan bagi orang normal maaf ya Ziggy, kamu sedikit tidak normal kalau begini, hahaha, ini pujian lho rasanya susah mencapai "ide" itu dan menggunakannya serta meramu dengan plot-plot lain. Sesuatu itu yang langka, namun bukan berarti tidak ada, karena saya pernah menemukan pembahasan tentang itu di buku Fikih Kontemporer. Dari segi karakter, juara! Suki mengingatkan saya pada Lyanna Mormont, si gadis kecil pemimpin Klan Mormont di serial Game of Thrones. Satu hal lagi, saya kan menemukan novel sejenis ini yang sepertinya bertema kota-kota di Indonesia saya lihat ada novel yang judulnya Jogjakarta apa gitu judulnya. Pengambilan Jakarta sebagai latar cerita saya rasa cukup pas. Apalagi, sudut pandang yang diambil oleh Ziggy adalah menceritakan "Jakarta versi lain yang tidak biasa" dengan mengambil benang merah "Jakarta tempo dulu". Namun, itu tidak membuat penulis melupakan kondisi kota tersayang ini dengan menggambarkannya dalam versi bahasa Emina dengan memberikan analogi ke-babi-annya Emina adalah sosok Babi Asap yang terpapar polusi setiap hari karena berangkat ke kantor menggunakan motor, lalu sahabatnya Nissa, adalah Babi Yan-pi karena ia bagaikan sosok yan-pi, karena temannya itu selalu terjepit saat berdesak-desakan di dalam kereta. Lagi-lagi, ini cara penggambaran kota sebagai tema dan setting dengan cara yang tidak biasa. Sudahlah. Juarak pokoknya!

resensi novel jakarta sebelum pagi